Pulau
Sangkar adalah salah satu nama desa di Kabupaten kerinci Jambi, yang terletak
di kecamatan batang merangin yang biasa disebut atau dikenal oleh penduduk
sekitarnya LONGKA.
Pulau
sangkar terdiri atas 3 (tiga) desa yaitu: Desa Baru, Desa Lama dan Desa
Seberang Merangin.
Pulau
Sangkar termasuk desa tertua di kerinci. Nama Pulau Sangkar diambil dari nama
Delta Endapan Banjir Bandang dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Lingkat. Hal
ini dibuktikan koral dan krikil yang terdapat pada desa dusun lama (Delta tanah
sebingkah). Desa pulau sangkar pada mulanya terdiri dari beberapa perkampungan
sebelum desa sekarang, yang terletak disekitar desa tersebut seperti Sadan,
Sungai Kemak, Tambulun, Udik Nehat, dan sebagainya. Yang dulunya hanya terdiri
dari beberapa keluarga atau
biasa disebut dengan penduduk. Namun disaat
sekarang masyarakat Pulau Sangkar semakin berkembang, penduduknya semakin
padat, bahkan juga banyak pendatang-pendatang dari luar daerah (merantau) dan
banyak juga masyarakat pulau sangkar yang menikah dengan orang luar daerah,
seperti dari desa-desa lain di Kerinci dan dengan suku Lain, seperti dengan
suku Jawa, Irian, Melayu Jambi, Palembang, Padang dan lainnya.
Desa
ini merupakan pusat pemerintahan adat keadipatian "Rencong Telang".
Dikatakan desa tua, karena disekitar desa ini banyak sekali ditemukan artepak
dan peningalan purbakala. Dimana situs tempat terjadinya perang melawan
kerajaan "Sriwijaya" di Telaga Sarah.
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
MASYARAKAT PULAU SANGKAR KERINCI
Pada masa dahulu kehidupan
masyarakat Pulau Sangkar memiliki kebudayaan adat istiadat yang sangat kuat,
mereka sangat mematuhi peraturan adat yang telah ditetapkan dan melaksanakan
upacara adat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, mereka sangat menjujung
tinggi adatnya. Masyarakat pulau sangkar memiliki “pusako/pusaka” yang berupa
benda-benda yang dianggap keramat.
Namun semakin berjalannya
waktu menimbulkan pemikiran baru dari para Ulama, bahwa adat-istiadat atau
kebudayaan tersebut tidak sesuai dengan ajaran dalam syari’at agama Islam,
karena ajaran tersebut bercorak Hindu-Budha, yang mana dibawakan oleh para nenek
moyang pada zaman dahulu. Karena masyarakat pulau sangkar beragamakan islam
bahkan tidak ada satupun yang non islam sampai pada saat ini. Namun dari
sebagian masyarakat pulau sangkar masih adanya kepercayaan terhadap benda-benda
yang dianggap keramat pada masa lalu, yang dikatakannya benar-benar ada dan
mereka mendapat kepuasan dari kepercayaan mereka tersebut.
Salah satu yang masih di
anggap keramat oleh masyarakat Pulau Sangkar adalah ”Tanah Sebingkah yang terletak di Dusun Lama dan Kuburan mahligai yang
terletak di bukit malgan”.
Bagi mereka yang masih
mengangap keramat hal tersebut sangat mengagung-agungkannya, bahwa itu
benar-benar keramat, bahkan membawa berkah bagi mereka dan merasakan
keajaibannya.
Semakin majunya dunia
modern dan teknologi, namun dari beberapa masyarakat pulau sangkar masih adanya
kepercayaan dengan hal tersebut yang dianggap keramat yang tergolong ajaran
“Animisme” sebelum adanya ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan.
Dalam masyarakat Pulau
Sangkar sulit hilangnya kebudayaan tersebut dalam masa mendatang tapi hanya
dapat memudar dan semakin sedikit karena
bagi mereka yang mempercayainya hal tersebut benar-benar nyata dan ada.
MATA PENCAHARAIAN
MASYARAKAT PULAU SANGKAR KERINCI
Sejak dari zaman nenek
moyang dahulu sampai saat sekarang, masyarakat pulau sangkar tidak jauh dari
matapencaharian bertani, mereka bersawah (menanam padi) dan berkebun seperti
menanam cabe, tomat, kentang, jahe, kopi dan sebagainya. Karena Pulau Sangkar
Kerinci terletak di daerah pengunungan, tanah yang subur dan sangat cocok untuk
bertani. Yang sering disebut masyarakat Kerinci “Sekepal Tanah Surga Serambi
Madinah”
Pada tahun setelah
penjajahan belanda masyarakat pulau sangkar, gencar-gencarnya menanam pohon
kulit manis hingga sampai kira-kira pada tahun 1995an. Karena pada saat itu
kulit manis sangatlah mahal di saat pemerintahan Presiden Suharto. Setelah
krisis moneter harga kulit manis semakin menurun dan hingga sampai sekarang
sehingga warga banyak yang berpindah dari berkebun kulit manis beralih berkebun
sayur-mayur
Pada tahun 2008-2011
hampir dari semua masyarakat Pulau Sangkar menanam cabe rawit putih.
Sampai-sampai desa lainpun iri dan ikut menanam cabe rawit putih, pada saat itu
penghasilan cabe rawit putih perhari di Pulau Sangkar mencapai berton-ton
bahkan lebih, namun pada tahun akhir dari tahun 2010 penanam cabe rawit putih
menurun karena terkena hama penyakit yaitu masak kering. Pada tahun 2011-2012
masyarakat Pulau Sangkar gencar-gencarnya menanam Kopi, bahkan mereka
berlomba-lomba untuk menanamnya, karena menanam kopi cukup menguntungkan.
Namun semakin majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi, masyarakat Pulau sangkar sangat banyak teropsesi
menjadi PNS atau seorang Guru. Bagi yang sudah menjadi PNS mereka juga tidak
lepas dari bertani.
Pemikiran masyarakat Pulau
Sangkar semakin maju dan modern, bahkan hampir dari semua orang tua
menyekolahkan anak-anak mereka ke luar Kerinci, seperti ke kota Jambi, Padang,
Jakarta, Jogja dan sebagainya.
TRADISI
ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT PULAU SANGKAR
Adat pernikahan masyarakat
Pulau Sangkar hampir sama dengan adat pernikahan dari minang Kabau, karena
Menurut cerita bahwa nenekmoyang masyarakat pulau sangkar berasal dari minang
kabau, namun ada juga yang mengatakan dalam sebuah buku sejarah Islam bahwa nenekmoyang
masyarakat Pulau Sangkar berasal dari Thiong Hua (China).
Setiap masyarakat Pulau
Sangkar inggin menikah, tentunya memiliki adat yang biasa dilakukan. Adapun
adat tersebut adalah:
1. Calon mempelai Pria
beserta Keluarga Besarnya melamar calon mempelai Wanita ke rumah calon mempelai
wanita. Dan dari salah seorang pihak calon mempelai pria mewakilkan diri dari
calon mempelai pria untuk berbicara meminang anak gadis dari wanita. Calon
mempelai wanita juga tidak di haruskan ada di saat peminangan tersebut, tapi
alangkah baiknya jika ada.
2. Jika peminangan diterima
maka perkumpulan keluarga besar dari kedua pihak berkumpul atau untuk
memutuskan hari pernikahan yang tepat dan memberi sebuah cincin emas kepada
mempelai wanita sebagai tanda pertunangan. Dan memutuskan perundingan dalam hal
biaya, dll.
3. Setelah memutuskan hari
pernikahan, beberapa hari atau minggu sebelum pernikahan, mempelai Pria
diharuskan membeli alat-alat atau barang yang telah ditetapkan oleh
keluarga/adat-istiadat masyarakat Pulau Sangkar seperti membeli kasur, handuk,
bantal, Lemari, cosmetic wanita, kelapa untuk resepsi dan hal-hal yang telah
bersama-sama diputuskan oleh kedua pihak.
4. Terkadang, dari masyrakat
pulau Sangkar ada yang memutuskan hari pernikahan/ ijab kabulnya terlebih
dahulu, setelah beberapa hari/minggu baru resepsinya dilaksanakan, namun ada
juga yang ijab kabul sekalian dengan resepsi pernikahannya, sesuai dengan
keputusan keluarga.
5. Seminggu/ beberapa hari
sebelum pernikahan, biasa keluarga/ sanak saudara dan warga sekitar sudah ramai
mendatangkan rumah pengantin, bagi yang muda-mudinya membantu membuat dikorasi
bersama.
6. Tempat resepsi pernikahan
besarnya yaitu dirumah mempelai wanita dan dirumah mempelai pria biasanya hanya
menyambut sanaksaudara saja yang datang.
7. Beberapa hari sebelum
pernikahan, dirumah pria biasanya memasak ajib/ sejib yang terbuat dari beras
ketan atau memasak gelamai.
8. Sehari/semalam sebelum
resepsi biasanya sanaksaudara memasak bersama berbagai macam makanan yang di
masak untuk persedian besoknya, namun masyarakat Pulau Sangkar tidak pernah
lepas dari memasak ‘gulai nangka’. Gulai nangka sudah menjadi khas/tradisi
disetiap pernikahan. Gulai nangka tidak pernah ketingalan disaat ada resepsi
pernikahan. Setelah masak maka gulai dan nasinya di bungkus dan akan dibagikan
kepada warga/ sanak saudara yang datang untuk dibawa pulang.
9. Disaat pernikahan,
mempelai pria dan pendamping-pendampingnya menyusuri kerumah wanita dan
berhenti sekitar 50m dari rumah pengantin wanita, dan pengantin wanita siap
untuk menyambut kedatangan pengantin pria, dan berjalan bersama ke rumah
pengantin wanita dan duduk di pelaminan yang telah disiapkan. Sambil
mendengarkan sesuatu penyampaian dari pihak keluarga dan membaca doa, setelah
itu makan bersama.
10. Untuk pakain adatnya,
biasanya adat Pulau Sangkar memakai baju adat Kerinci saat duduk di pelaminan,
memakai gaun putih saat duduk sanding di atas pentas jika resepsinya memakai
hiburan/organd.
11. Jika ada hiburan,
sanaksaudara bergantian berjoged dan bernyani di atas pentas dan joged bersama.
Dan tidak pernah Lupa dengan “RENTAK KUDO” joged bersama yang sudah menjadi
tradisi masyarakat Kerinci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar