Halaman

Rabu, 25 April 2012

PULAU SANGKAR KERINCI


Pulau Sangkar adalah salah satu nama desa di Kabupaten kerinci Jambi, yang terletak di kecamatan batang merangin yang biasa disebut atau dikenal oleh penduduk sekitarnya LONGKA.
Pulau sangkar terdiri atas 3 (tiga) desa yaitu: Desa Baru, Desa Lama dan Desa Seberang Merangin.
Pulau Sangkar termasuk desa tertua di kerinci. Nama Pulau Sangkar diambil dari nama Delta Endapan Banjir Bandang dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Lingkat. Hal ini dibuktikan koral dan krikil yang terdapat pada desa dusun lama (Delta tanah sebingkah). Desa pulau sangkar pada mulanya terdiri dari beberapa perkampungan sebelum desa sekarang, yang terletak disekitar desa tersebut seperti Sadan, Sungai Kemak, Tambulun, Udik Nehat, dan sebagainya. Yang dulunya hanya terdiri dari beberapa keluarga atau
biasa disebut dengan penduduk. Namun disaat sekarang masyarakat Pulau Sangkar semakin berkembang, penduduknya semakin padat, bahkan juga banyak pendatang-pendatang dari luar daerah (merantau) dan banyak juga masyarakat pulau sangkar yang menikah dengan orang luar daerah, seperti dari desa-desa lain di Kerinci dan dengan suku Lain, seperti dengan suku Jawa, Irian, Melayu Jambi, Palembang, Padang dan lainnya.
Desa ini merupakan pusat pemerintahan adat keadipatian "Rencong Telang". Dikatakan desa tua, karena disekitar desa ini banyak sekali ditemukan artepak dan peningalan purbakala. Dimana situs tempat terjadinya perang melawan kerajaan "Sriwijaya" di Telaga Sarah.

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT PULAU SANGKAR KERINCI
Pada masa dahulu kehidupan masyarakat Pulau Sangkar memiliki kebudayaan adat istiadat yang sangat kuat, mereka sangat mematuhi peraturan adat yang telah ditetapkan dan melaksanakan upacara adat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, mereka sangat menjujung tinggi adatnya. Masyarakat pulau sangkar memiliki “pusako/pusaka” yang berupa benda-benda yang dianggap keramat.
Namun semakin berjalannya waktu menimbulkan pemikiran baru dari para Ulama, bahwa adat-istiadat atau kebudayaan tersebut tidak sesuai dengan ajaran dalam syari’at agama Islam, karena ajaran tersebut bercorak Hindu-Budha, yang mana dibawakan oleh para nenek moyang pada zaman dahulu. Karena masyarakat pulau sangkar beragamakan islam bahkan tidak ada satupun yang non islam sampai pada saat ini. Namun dari sebagian masyarakat pulau sangkar masih adanya kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap keramat pada masa lalu, yang dikatakannya benar-benar ada dan mereka mendapat kepuasan dari kepercayaan mereka tersebut.
Salah satu yang masih di anggap keramat oleh masyarakat Pulau Sangkar adalah ”Tanah Sebingkah yang terletak di Dusun Lama dan Kuburan mahligai yang terletak di bukit malgan”.
Bagi mereka yang masih mengangap keramat hal tersebut sangat mengagung-agungkannya, bahwa itu benar-benar keramat, bahkan membawa berkah bagi mereka dan merasakan keajaibannya.
Semakin majunya dunia modern dan teknologi, namun dari beberapa masyarakat pulau sangkar masih adanya kepercayaan dengan hal tersebut yang dianggap keramat yang tergolong ajaran “Animisme” sebelum adanya ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan.
Dalam masyarakat Pulau Sangkar sulit hilangnya kebudayaan tersebut dalam masa mendatang tapi hanya dapat memudar dan semakin sedikit karena  bagi mereka yang mempercayainya hal tersebut benar-benar nyata dan ada.

MATA PENCAHARAIAN MASYARAKAT PULAU SANGKAR KERINCI
Sejak dari zaman nenek moyang dahulu sampai saat sekarang, masyarakat pulau sangkar tidak jauh dari matapencaharian bertani, mereka bersawah (menanam padi) dan berkebun seperti menanam cabe, tomat, kentang, jahe, kopi dan sebagainya. Karena Pulau Sangkar Kerinci terletak di daerah pengunungan, tanah yang subur dan sangat cocok untuk bertani. Yang sering disebut masyarakat Kerinci “Sekepal Tanah Surga Serambi Madinah”
Pada tahun setelah penjajahan belanda masyarakat pulau sangkar, gencar-gencarnya menanam pohon kulit manis hingga sampai kira-kira pada tahun 1995an. Karena pada saat itu kulit manis sangatlah mahal di saat pemerintahan Presiden Suharto. Setelah krisis moneter harga kulit manis semakin menurun dan hingga sampai sekarang sehingga warga banyak yang berpindah dari berkebun kulit manis beralih berkebun sayur-mayur
Pada tahun 2008-2011 hampir dari semua masyarakat Pulau Sangkar menanam cabe rawit putih. Sampai-sampai desa lainpun iri dan ikut menanam cabe rawit putih, pada saat itu penghasilan cabe rawit putih perhari di Pulau Sangkar mencapai berton-ton bahkan lebih, namun pada tahun akhir dari tahun 2010 penanam cabe rawit putih menurun karena terkena hama penyakit yaitu masak kering. Pada tahun 2011-2012 masyarakat Pulau Sangkar gencar-gencarnya menanam Kopi, bahkan mereka berlomba-lomba untuk menanamnya, karena menanam kopi cukup menguntungkan.
Namun semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat Pulau sangkar sangat banyak teropsesi menjadi PNS atau seorang Guru. Bagi yang sudah menjadi PNS mereka juga tidak lepas dari bertani.
Pemikiran masyarakat Pulau Sangkar semakin maju dan modern, bahkan hampir dari semua orang tua menyekolahkan anak-anak mereka ke luar Kerinci, seperti ke kota Jambi, Padang, Jakarta, Jogja dan sebagainya.

TRADISI ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT PULAU SANGKAR
Adat pernikahan masyarakat Pulau Sangkar hampir sama dengan adat pernikahan dari minang Kabau, karena Menurut cerita bahwa nenekmoyang masyarakat pulau sangkar berasal dari minang kabau, namun ada juga yang mengatakan dalam sebuah buku sejarah Islam bahwa nenekmoyang masyarakat Pulau Sangkar berasal dari Thiong Hua (China).
Setiap masyarakat Pulau Sangkar inggin menikah, tentunya memiliki adat yang biasa dilakukan. Adapun adat tersebut adalah:
1.      Calon mempelai Pria beserta Keluarga Besarnya melamar calon mempelai Wanita ke rumah calon mempelai wanita. Dan dari salah seorang pihak calon mempelai pria mewakilkan diri dari calon mempelai pria untuk berbicara meminang anak gadis dari wanita. Calon mempelai wanita juga tidak di haruskan ada di saat peminangan tersebut, tapi alangkah baiknya jika ada.
2.      Jika peminangan diterima maka perkumpulan keluarga besar dari kedua pihak berkumpul atau untuk memutuskan hari pernikahan yang tepat dan memberi sebuah cincin emas kepada mempelai wanita sebagai tanda pertunangan. Dan memutuskan perundingan dalam hal biaya, dll.
3.      Setelah memutuskan hari pernikahan, beberapa hari atau minggu sebelum pernikahan, mempelai Pria diharuskan membeli alat-alat atau barang yang telah ditetapkan oleh keluarga/adat-istiadat masyarakat Pulau Sangkar seperti membeli kasur, handuk, bantal, Lemari, cosmetic wanita, kelapa untuk resepsi dan hal-hal yang telah bersama-sama diputuskan oleh kedua pihak.
4.      Terkadang, dari masyrakat pulau Sangkar ada yang memutuskan hari pernikahan/ ijab kabulnya terlebih dahulu, setelah beberapa hari/minggu baru resepsinya dilaksanakan, namun ada juga yang ijab kabul sekalian dengan resepsi pernikahannya, sesuai dengan keputusan keluarga.
5.      Seminggu/ beberapa hari sebelum pernikahan, biasa keluarga/ sanak saudara dan warga sekitar sudah ramai mendatangkan rumah pengantin, bagi yang muda-mudinya membantu membuat dikorasi bersama.
6.      Tempat resepsi pernikahan besarnya yaitu dirumah mempelai wanita dan dirumah mempelai pria biasanya hanya menyambut sanaksaudara saja yang datang.
7.      Beberapa hari sebelum pernikahan, dirumah pria biasanya memasak ajib/ sejib yang terbuat dari beras ketan atau memasak gelamai.
8.      Sehari/semalam sebelum resepsi biasanya sanaksaudara memasak bersama berbagai macam makanan yang di masak untuk persedian besoknya, namun masyarakat Pulau Sangkar tidak pernah lepas dari memasak ‘gulai nangka’. Gulai nangka sudah menjadi khas/tradisi disetiap pernikahan. Gulai nangka tidak pernah ketingalan disaat ada resepsi pernikahan. Setelah masak maka gulai dan nasinya di bungkus dan akan dibagikan kepada warga/ sanak saudara yang datang untuk dibawa pulang.
9.      Disaat pernikahan, mempelai pria dan pendamping-pendampingnya menyusuri kerumah wanita dan berhenti sekitar 50m dari rumah pengantin wanita, dan pengantin wanita siap untuk menyambut kedatangan pengantin pria, dan berjalan bersama ke rumah pengantin wanita dan duduk di pelaminan yang telah disiapkan. Sambil mendengarkan sesuatu penyampaian dari pihak keluarga dan membaca doa, setelah itu makan bersama.
10.  Untuk pakain adatnya, biasanya adat Pulau Sangkar memakai baju adat Kerinci saat duduk di pelaminan, memakai gaun putih saat duduk sanding di atas pentas jika resepsinya memakai hiburan/organd.
11.  Jika ada hiburan, sanaksaudara bergantian berjoged dan bernyani di atas pentas dan joged bersama. Dan tidak pernah Lupa dengan “RENTAK KUDO” joged bersama yang sudah menjadi tradisi masyarakat Kerinci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar